Sumber kebocoran soal Ujian Nasional (UN) terungkap. Dari lima tersangka yang diamankan Poltabes Medan, seorang di antaranya pemain lama dan merupakan oknum karyawan percetakan.
Hal itu dikatakan Kapoltabes MS Kombes Pol Drs Imam Margono kepada wartawan, Jumat (26/3). Sayangnya dari lima tersangka yang telah ditahan yakni BM, MM, BJ, OG dan SG, Imam enggan menyebut siapa di antara mereka yang karyawan percetakan dan percetakan mana, namun berjanji akan memburu otak pelaku di balik kasus beredarnya soal dan jawaban UN. Dia telah memerintahkan Kasat Reskrim Kompol Jukiman Situmorang SIK untuk mencari pelaku sampai tertangkap. "Kasus ini merupakan pekerjaan rumah kita yang mendapat perhatian," kata Imam.
Imam menyebutkan, rata-rata para tersangka pemain lama. Uniknya, ada pelaku yang mengaku pernah beli soal UN waktu masih sekolah dulu. “Jadi pelakunya bukan pelajar atau pihak sekolah. Para tersangka umumnya dari luar sekolah dengan motif keuntungan,” ujarnya.
Berdasarkan keterangan tersangka, setiap kunci jawaban mereka jual bervariasi sesuai dengan paketnya. Kalau paket A (ekstakta) Rp3 juta hingga Rp6 juta dan paket B (non eksakta) Rp1 juta hingga Rp3 juta.
Dia mengaku hampir semua soal UN yang diujikan pernah dibocorkan para tersangka, diantaranya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi, dan Matematika. "Bocornya UN dari orang dalam percetakan dengan imbalan senilai Rp1 juta per mata pelajarannya," tambahnya.
Di hari akhir UN kemarin, Koordinator Tim Pengawas UN dari Perguruan Tinggi, Syawal Gultom mencatat, pihaknya telah menemukan sedikitnya 7 kasus kecurangan pelaksanaan UN di Kota Medan, 5 kasus di antaranya ditangani Poltabes Medan. Modus kecurangan UN mulai membocorkan soal dan mengedarkan kunci jawaban lewat SMS, foto kopi sampai mencontek. Sedangkan untuk daerah lainnya di Sumut, data kecurangan UN masih dihimpun. "Data lengkap belum diperoleh, namun kemarin kita mendengar informasi satu kasus ditemukan di Indrapura. Semua temuan kita tindaklanjuti," ujarnya.
Corat-coret
Sementara itu, aksi corat-coret menutup perhelatan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat di Medan, kemarin siang. Ketegangan para siswa menghadapi masa ujian yang dibayangi ancaman pidana bagi pembocor soal pun seakan mencair.
Seperti yang terlihat di halaman belakang gedung Dharma Wanita Pemprovsu Jalan T Cik Ditiro Medan, penuh dengan puluhan siswa berseragam putih abu-abu. Pelajar laki-laki dan perempuan berbaur berkumpul di tempat itu mengekspresikan kegembiraan dengan menggelar aksi corat-coret seragam sekolah: bertukar tandatangan dan mewarnai seragam serta rambut dengan cat semprot. Mereka adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan yang berada dekat gedung Dharma Wanita itu.
Salah seorang siswa bernama Indra mengaku, aksi ini sebagai bentuk luapan kegembiraan karena usai menyelesaikan UN yang digelar selama 5 hari sejak Senin-Jumat (22-26/3). Bila tahun lalu aksi corat-coret dilakukan di halaman sekolah, kata Indra, kini dilakukan di halaman belakang gedung Dharma Wanita.
"Kami segan aja jika terlihat para guru, karena sebelumnya sudah dihimbau untuk tidak melanjutkan 'warisan' para senioran setiap ujian nasional berakhir melakukan aksi corat-coret seragam," ujar Indra.
Siswa lainnya, Edi mengatakan aksi yang mereka lakukan itu bukan untuk gagah-gagahan atau gaya semata, melainkan sebagai ungkapan kegembiraan sekaligus sambil melepaskan rasa stres yang dialami selama mengikuti ujian yang dinilai cukup berat. "Sejumlah guru minta kami menyumbangkan seragan ke panti asuhan, tapi tetap saja banyak yang mengikuti aksi corat-soret itu," ujarnya.
Tidak hanya aksi corat-coret, ekspresi kegembiraan beranjut dengan aksi konvoi mengendara sepeda motor dan mobil keliling jalan-jalan protokol di Kota Medan, bahkan ada hingga ke luar kota. "Kami hanya jalan-jalan dan makan-makan," tukas Edi.
Kepala SMA Negeri 1 Medan Dra Rebekka Girsang mengakui tidak bisa membatasi aksi para siswa mengekspresikan kegembiraannya. Pihak sekolah hanya bisa menyampaikan himbauannya dari luar ruang kelas agar para siswa tidak melakukan aksi corat-coret seragam.
"Kalaupun masih ada juga melakukan aksi itu, jumlahnya tidak sebanyak dari tahun-tahun sebelumnya yang sempat menimbulkan kemacetan di sekitar depan sekolah," ujar Rebekka.
Berkaitan tradisi corat-coret seragam, Perguruan Methodist 2 Jalan Thamrin Medan mengeluarkan kebijakan lebih tegas. Bagi siswa yang kedapatan mencorat-coret seragam sekolah, akan diberikan anksi tidak ada penandatangan dan pengesahan fotocopy ijazah (leges). Ternyata, ancaman itu cukup efektif .
Menurut Kepala SMA Methodist 2 Medan Pdt Paulus Subyanto n, sekalipun UN bagi kelas XII sudah berakhir, namun para siswanya tidak pernah mencorat-coret seragam sekolah maupun berkonvoi.
"Kami senang ternyata himbauan Kepala Dinas Pendidikan Sumut Medan tentang larangan aksi corat-coret itu dipatuhi para siswa," ujar Paulus.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Sumut Drs Bahrumsyah MM telah mengeluarkan surat edaran kepada seluruh Disdik di kabupaten/Kota di Sumut tentang larangan aksi corat-soret seragam di kalangan siswa. Bahrumsyah telah meminta kepada sekolah agar mengawasi kegiatan siswa setelah berakhirnya pelaksanaan UN. Hal itu disampaikannya karena berdasarkan pengalaman-pengalaman tahun sebelumnya, setelah ujian berakhir para siswa meluapkan rasa gembiranya dengan aksi corat-coret baju seragam dan berkonvoi. "Namun memang hanya sebatas himbauan ," ujar Bahrum.
orginal by harian global post bydeby.putra@live.com